reportaseindonesia.net,- Surabaya 16 Oktober 2024 – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mencatat telah terjadi 321 kasus kebakaran selama periode Januari hingga 16 Oktober 2024. Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Surabaya, Laksita Rini Sevriani, menyampaikan bahwa puncak kebakaran terjadi selama musim kemarau pada September hingga Oktober 2024.
“Di area alang-alang banyak terjadi kebakaran, mungkin karena musim kemarau dan panas yang luar biasa, suhunya tinggi, anginnya kencang, dan ditambah masyarakat membakar sampah sehingga api menyebar,” ujar Laksita, Kamis (16/10/2024).
Laksita meminta para lurah dan camat untuk meningkatkan pengawasan di lahan kosong agar warga tidak sembarangan membakar sampah. Menurutnya, selain faktor alam, kebakaran juga dapat disebabkan oleh kelalaian manusia.
Korsleting Listrik Picu Kebakaran di Pemukiman
Selain lahan kosong, kebakaran di pemukiman juga menjadi perhatian serius. Laksita mengungkapkan bahwa banyak kasus kebakaran di rumah-rumah disebabkan oleh korsleting listrik. Ia menghimbau warga agar selalu mematikan alat elektronik seperti kipas angin, charger ponsel, dan tidak menumpuk steker listrik yang berpotensi memicu korsleting.
“Objek rumah terbakar karena korsleting listrik bisa menyambar dan menyebabkan kebakaran. Oleh karena itu, kabel listrik perlu dicek secara berkala dan dirawat untuk mencegah terjadinya korsleting,” jelasnya.
Sosialisasi dan Simulasi Penanganan Kebakaran
Pemkot Surabaya terus melakukan sosialisasi dan simulasi penanganan kebakaran di tengah masyarakat. Laksita menegaskan bahwa tiga menit pertama sejak kebakaran terjadi sangat krusial untuk menentukan apakah api akan membesar atau bisa segera dipadamkan.
“Warga sudah kita latih, khususnya untuk kebakaran yang disebabkan kompor. Mereka dapat memadamkan api dengan karung goni atau handuk basah. Bagi yang memiliki Alat Pemadam Api Ringan (Apar), bisa langsung digunakan,” ungkapnya.
Penyelamatan dan Evakuasi: 1.249 Kejadian
Tak hanya menangani kebakaran, DPKP juga mencatat 1.249 kejadian evakuasi dari Januari hingga 16 Oktober 2024. Dari jumlah tersebut, 707 di antaranya merupakan evakuasi hewan, seperti ular dan lebah, serta beberapa insiden seperti cincin yang tersangkut di jari, dan kendaraan yang terperosok.
“Sebagian besar warga menghubungi layanan darurat 112 untuk meminta bantuan evakuasi. Kita pastikan tim siap siaga membantu,” tambah Laksita.red(wwn)